Selasa, 17 Juli 2012

Payung Teduh

Akhir-akhir ini seneng sama band indie satu ini.

Payung Teduh


Yang bener-bener bikin teduh ati dengerinnya. 


Payung Teduh terbentuk pada akhir 2007 dengan formasi awal Is dan Comi, sadar akan eksplorasi bunyi dan performa panggung pada tahun 2008 Payung teduh mengajak Cito untuk bergabung bersama sebagai drummer lalu mengajak Ivan sebagai guitalele player pada tahun 2010. Angin Pujaan Hujan ialah lagu pertama yang memunculkan warna mereka sendiri. Seiring berjalannya waktu tercipta pula lagu-lagu lainnya seperti Kucari Kamu, Amy, Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan, juga termasuk karya-karya dari pementasan teater bersama Catur Ari Wibowo seperti Resah, Cerita Tentang Gunung dan Laut, serta karya Amalia Puri yang berjudul Tidurlah danMalam. Dan pada akhirnya Payung Teduh memutuskan untuk membuat album indie pertamanya yang dirilis dipenghujung 2010.

Musik yang dimainkan oleh Payung Teduh  tidak memiliki batasan tersendiri,  musik yang dimainkan oleh Payung Teduh yaitu musik Payung Teduh itu sendiri. Pada album pertama ini bisa dibilang karakter musik yang dibawakan seperti musik di era golden 60’s dengan  balutan keroncong dan jazz. Dan jika ditanya jenis musik apa yang diusung oleh Payung Teduh, maka Payung Teduh menyerahkan sepenuhnya kepada pendengar. Dalam pengertian bahwa payung teduh tidak akan hanya berhenti di satu gendre tertentu, namun yang pasti tetap bermusik dengan ciri yang sudah mereka miliki. (rahmifitritara )

Lagu yang sedang on repeat adalah Rahasia , disini PT berduet dengan seorang blogger dan penulis Rahne Putri. I love the lyrics so much! And I love all of their musics, everything goes calm when it's played.

MySpace Payung Teduh
Blog Payung Teduh
Facebook Payung Teduh





this is the album cover

Jumat, 13 Juli 2012

Retoris

Semuanya berkecamuk, bersaing, saling adu di pikiranku. Meledak-ledak, ingin tertuangkan lebih dulu di halaman berikutnya.

It’s all about relationship (again). Ketika sebuah hubungan tidak lagi dipermainkan, atau dijadikan ajang coba-coba. Ketika usia sudah mencapai pangkal kematangan. Dan akhirnya aku bisa melihat bahwa ‘the real life has just begun’.

Kedewasaan dalam berfikir, berkata, dan bertindak dituntut untuk menjadi bijaksana. Selalu berhubungan dengan pemikiran; ‘bagaimana aku nanti’ atau ‘bagaimana kamu nanti’ atau ‘bagaimana kita nanti’. Sebuah pertanyaan retoris, dan hanya dia, waktu, yang bisa menjawabnya.

Sembari berfikir, dan selalu muncul angan-angan diselanya. Semuanya akan terlihat indah disana, memandang ke atas, membayangkan apa yang akan terjadi besok. Seolah kita adalah Tuhan, yang mengatur semuanya sesuai kehendak. Seolah kita adalah satu-satunya Adam dan Hawa yang Dia ciptaKan.

Tapi selalu ada kekhawatiran, yang membisikkan halusnya benang kusut itu diantara angan. Mengingatkan kita, akankah semuanya berjalan sesuai dengan keinginan. Akankah semua bisa siap untuk melihat kenyataan nantinya, apabila doa-doa kita telah dikabulkan.

Retoris.

Masih belum bisa, menghilangkan ketakutan. Walaupun aku tahu tangan Tuhan sedang menggenggam hati. Tak jarang air mata lah yang berperan di sini, menetralkan lagi suasana yang gusar karena rasa takut yang enggan pergi.


Seekor Kelinci yang sedang mempersiapkan diri sebelum dia ditinggalkan sang kekasih, Beruang, untuk hibernasinya. Menunggu dia terbangun, sembari menata hati.”