" Tuhan, jadikan kami yang terakhir
Satu tanpa layu "
Having a duty to explore the worms inside your head. I wrote when I know the reality is pulling me under, then the words are the only thing that can help me.
Lengkap sudah aku diremah-NyaHancur, tak sisakan bijihnya
Kau pasti tahu,
bagaimana rasanya diterbangkan tinggi sampai berhenti di langit ke enam
sedikit lagi menuju ke tujuhnya
mengambil nafas dan lagi untuk memantapkan hati
dan seketika dijatuhkan namun patahkan sayap-sayapnya dahulu
jatuh
pecah
menyerpih
lalu terbawa angin
hingga tak menyisakan jejak
bahkan entah kemana angin membawanya
Jika di setiap ritualku sudah terucap namamu
Yang selalu terselip setelah permintaan untuk karir ku
Jika pinta yang memang kubuat sedikit memaksa
Tak pernah absen dari khidmat ku
Lalu,
apa aku harus belajar bijak
mengerti jawaban dari-Nya?